Bersama Cerita-ceritamu

Bagir
1 min readAug 3, 2019

Kamu bercerita tentang betapa mudahnya bola matamu yang mengilat itu menangis atas hal-hal kecil dan sentimentil. Kamu benci dengan fakta yang demikian. Tapi bagiku kamu katalis sempurna dari umat manusia yang makin tidak manusiawi juga krisis empati.

Kamu bercerita tentang perjuangan mempertahankan idealisme, yang berarti mengobankan banyak bagian lain dari hidupmu, termasuk berbeda dengan kebanyakan orang dan dikucilkan oleh mereka. Idealisme mungkin tidak menghasilkan uang, tapi buatmu memang tidak bisa dan tidak perlu diukur dengan itu.

Namun pada Tuhan yang tidak kamu percayai itu, mungkin kamu selipkan harapan kecil bahwa pada akhirnya Ia akan memberikan keadilan atas usahamu.

Kamu bercerita tentang keluarga barumu yang disfungsional setelah ditinggal ibumu. Kehilangan satu orang saja ternyata bisa mengubah hidupmu selamanya. Tapi dari lubang kosong yang ditinggalkan, kamu tetap tegar dan kuat tanpa harus bersamanya.

Semoga ia bisa berbangga hati dan tersenyum dari atas sana.

Kamu bercerita tentang perjuanganmu melawan depresi akut dan trauma masa lalu, dan bagaimana figur ayahmu sama sekali tidak membantu. Aku terdiam dan hanya mendengarkan, memberi saran memang bukan forte-ku dan kamu tidak butuh itu.

Hey, look where you are now? you’ve bounced to be even higher, don’t even look back, and that’s good.

Kamu bercerita bahwa menjadi orang harus berpikir half-glass empty agar tidak mudah puas, selalu membuka ruang untuk kemajuan dan bisa mendobrak status quo.

Aku berpendapat bahwa hidup perlu dilihat sebagai half-glass full agar tidak lupa bersyukur, tahu kapan harus melihat sekitar dan sadar diri.

Sejenak kami termenung kemudian bersepakat bahwa keseimbangan itu memang perlu.

***

Aphrodite/RINI, Blok A 1650.

--

--